Minggu, 21 Agustus 2011

tiket nonton final liga champion pertamaku

Meski setiap hari menghafal al-Qur'an, santri-santri tak gagap saat mengolah bola. Sebab olahraga yang satu ini jadi primadona para santri. Apapun yang berkenaan tentang sepakbola selalu indah di mata mereka, seindah para santriwati membayangkan wajah artis-artis bollywood.

Maka, pentas kompetisi sepakbola selalu menjadi bahan perbincangan yang ramai di sana. Mulai dari world cup, lega calcio, premier league, la liga, hingga uefa champions league. Kompetisi dalam negeri biasanya tidak dilirik. Dilirik, hanya bila timnas punya kesempatan bertanding dengan klub besar eropa. Selebihnya tidak.

Begitu juga tahun itu, tahun 2001. Dalam pagelaran pentas sepakbola akbar benua biru yang mempertemukan para klub raksasa Eropa, final liga champion mempertemukan Valencia CF, runner up musim lalu dengan Bayern Muenchen, runner up dua musim sebelumnya. Para santri ramai membicarakan peluang keduanya menjuarai turnamen kali ini. Pembicaraan itu berlangsung sepanjang hari, tepat setelah keduanya lolos ke final. Saat istirahat sekolah, saat menunggu iqamah, saat antre makan, saat belajar malam, hingga saat bosan mengaji. Selain soal peluang juara, para santri juga membahas peluang mereka untuk menonton laga penting itu. Ada yang optimis dengan adanya peluang itu, ada yang pesimis, dan sudah merancang program menonton di rumah orang kampung, yang jelas-jelas dilarang ma'had. "Yang penting ga' melanggar syariat", alasan yang selalu saja dipersiapkan untuk mengakali disiplin pondok.

Ustadz Mukhlas Kholil, guru ngaji kami yang juga maniak bola, memberikan sedikit asa kepada kami, murid ngajinya. Ia mengajarkan kepada kami sepotong do'a, yang merupakan do'a shalat tahajjud. Dan menyuruh kami untuk menghafalkannya. Yang bisa menghafalkan, menyetorkan hafalan do'anya, dan berhak atas kesempatan menonton laga final champion. Kami bersemangat menghafalkan do'a itu. Biar panjang asal bisa nonton final, batin kami.

Hari yang ditentukan tiba. Laga final dini hari nanti akan digelar, pertanda hafalan-hafalan do'a itu harus disetor. Dan kami, satu kelompok mengaji, sukses menghafalkannya, hingga girang bukan main. Berarti nanti malam, laga itu bakal kami saksikan.

Dan ketika tiba waktunya, anak-anak bangun dari tidurnya. Ternyata, masih ada satu syarat lagi. Sebelum menonton, kami disuruh untuk melaksanakan shalat tahajjud dan mempraktekkan do'a itu. Dahsyat, pemikiran guru kami itu, jenius, benar-benar jenius.

Dan itulah tiket nonton final liga champion pertamaku……..

Tidak ada komentar: