Waktu menunjukkan pukul 2 lewat 10 menit. Kereta masih
berhenti di Stasiun Rangkasbitung. Masih ada jarak yang harus ditempuh menuju
pemberhentian terakhir di Stasiun Merak.
Perjalanan “mudik” kali ini adalah perjalanan dadakan.
Bayangkan saja keputusan pulang ke kampung adalah putusan yang diambil dalam
waktu singkat dan cepat. Setelah putusan diambil, langsung ayah memesan tiket
kereta via indomaret. Baru tadi pagi jam 10 kami ke Stasiun Lempuyangan untuk
online check in sekaligus menanyakan ketersediaan tempat duduk kereta dari
Merak ke Jogja untuk tanggal 9 Agustus atau H+2 lebaran. Ternyata sudah penuh
semua. Apa boleh buat.
Rencana ke Lampung kali ini adalah untuk menghadap Bapak
Yacob, selaku rektor STAI YASBA Kalianda. Hal ini menyangkut lamaran kerjaku
menjadi asisten dosen di sana. Nah, kedatangan kali ini adalah momentum untuk
menanyakan kejelasan mengenai status saya ke depannya di sekolah tinggi
tersebut.
Karena merupakan sekolah tinggi yang masih dalam taraf kecil
dan baru saja berkembang, lulusan strata 1 macam saya ini masih ada kemungkinan
diterima untuk diperbantukan mengisi beberapa mata kuliah. Apalagi dengan
kualifikasi ilmu tertentu yang jarang ditemui.
Saya bertolak dari Stasiun Lempuyangan pada pukul 11 lewat
40 menit. Di dalam kereta terasa dingin oleh AC yang membuat teriknya siang
jadi tak terasa. PT KAI akhir-akhir ini gencar melakukan perbaikan atas layanan
mereka. Terus berusaha meningkatkan mutu dan kualitas layanan mereka. Bayangkan
saja, untuk kereta api kelas 3 atau kelas ekonomi yang saya naiki ini,
ruangannya ber-AC. Setiap penumpang dipastikan dapat tempat duduk. Kenyamanannya
jelas terasa.
Ini adalah kesekian kalinya saja menggunakan jasa kereta
api. Setelah sebelumnya, pada kali terakhir saya naik kereta api kelas
eksekutif dari Madiun ke Cirebon bersama para asatidz senior pengurus IKPM
Pusat untuk menghadiri acara Silatnas Alumni Gontor di Cirebon setahun silam.
Saya hanya bisa membayangkan, betapa nyamannya menaiki kereta kelas eksekutif
saat ini. Sedangkan kereta kelas ekonomi saja, seperti yang saya naiki sekarang
sudah memenuhi standar kenyamanan. Ber-AC, setiap penumpang pasti dapat tempat
duduk. Sistem masuk ruang tunggu penumpang di stasiun sebelum keberangkatan
turut membantu agar penumpang tidak berjubel, dan dipastikan semua dapat tempat
duduk. Itu setelah menunjukkan selembar tiket dan mencocokkannya dengan KTP
milik penumpang. Nama yang tertera dalam tiket yang dicetak harus sesuai dengan
yang ada dalam KTP. Jadi, walaupun orang yang hendak menjadi penumpang, tetapi
tiketnya dipesankan orang lain, tetap saja nama yang tertera dalam tiket itu haruslah
nama calon penumpang. Bukan nama si pemesan. Kalau tidak, petugas tidak akan
memperbolehkan si pemegang tiket memasuki ruang tunggu penumpang untuk kasus
semacam itu.
1 komentar:
selamat bergabung dengan kami,semoga dengan kehadiran bpk dosen, stai yasba akan trs maju dan berkembang,awalnya bhs inggris adalah pelajaran yg menyebalkan bagi saya ditambah usia dan status sy yg sdh berkeluarga membuat sy berkesimpulan bahwa sy tidak akan prnh bs menguasainya,tapi anda py pola yg berbeda dalam penyampaian materi dan itu membuat sy menyukai bhs inggris,ok good luck sir
Posting Komentar